Kini gairah menulis-ku hanya tentang luka, menikmati lara menyusunnya menjadi kata-kata. karena bahagia tak lagi ku rasa, semenjak kau memutuskan pergi dengan tega.
Kini hanya dengan mengenang saja aku bisa menikmati tawamu, dan tangis membuat luka ini semakin basah karena tetesan rindu selalu bertambah dan semakin membuncah.
Kini aku hanya bisa menempatkan diri diladang kepasrahan dan keikhlasan yang begitu lapangan, sampai kau tersadar akulah orang yang mencintaimu dengan sabar, dari awal aku rela diinjak-injak oleh luka masa lalumu itu, dengan senang hati aku meminta kepadamu untuk bisa membuatmu melupakan sakit dari masa lalumu itu. dan berharap dengan semua pengorbananku itu kau ada rasa kepadaku, tapi aku keliru tepat setalah laku karna masa lalumu sembuh kaupun seakan menjauh bahkan tanpa peduli terhadap rasa yang mulai tumbuh, meninggalkan sisa lukamu pada hatiku.
Kau yang telah menaburkan benih-benih harapan yang begitu banyaknya diladang perasaanku padamu, aku yang terlalu berharap benih itu tumbuh subur untuk bisa kunikmati setelah panen, nyatanya benih itu tak kian tumbuh bahkan tunas-tunas pun tak pernah nampak, nyatanya yang kau tabur hanya harapan semu membuat hati seakan terbelenggu dan membuat rinduku terbunuh perlahan olehmu dengan tega tanpa balas peduli.